Mata yang sayu menatap
hampa, badan yang mulai lelah terhenti bergerak di sudut jalan. Dia terdiam
menantap semua impian yang perlahan menjahuh meninggalkannya, hanya kesunyian
dan keputusaan yang kini setia berada di samping raga yang sudah tidak berdaya
melawan kuat penghalang yang terus berdiri kokoh ditopang oleh sejuta halangan
yang terus menghalanginya untuk terus melangkah menggapai sang mimpi. Tajamnya
ujung sang waktu terus menusuk dan menekan raga sang pengembara mimpi memaksa
sang pengembara untuk terbangun dan keluar dari segala mimpi yang selama ini
telah direncanakannya. Kebahagian yang dirasakannya hanya sesaat, sang waktu
berjalan terlalu cepat dan membuangnya kedalam lubang penderitaan yang dalam
dan kelam menekan semua harapan keluar dan hanya menyisakan penyesalan dan
keputusasan yang tak bertuan.
Lama sudah jemari tak menari
ditemanai tombol-tombol huruf yang berbaris rapi di temani secangkir kopi. Ini bukan kisah cinta yang
berakhir bahagia, atau kisah perjalanan hidup yang berujung bahagia tapi ini
hanya kisah hidup seorang pemimpi yang berusaha mengejar sang mimpi yang terus
meninggalkanya.
Seperti
biasa hari ini di mulai dengan kokokan ayam jantan yang membelah sunyinya pagi,
cahaya matahari perlahan memaksa masuk melalu celah-celah jendela yang agak
renggang menerpa wajah yang lelah. Panasnya cahaya matahari seakan memaksa
untuk harus memulai hari dari sini. Tidak ada yang istimewa darinya, dia hanya
seorang anak kecil yang baru menginjakan kaki di sebuah pijakan baru yang akan
mengubah jalan hidupnya dan mendoronya keluar dari zona aman yang selama ini
dia rasakan. Terbangun dengan sejuta mimpi dan seribu harapan, bahu yang tegap
memikul sejuta harapan dan impian serta kaki yang selalu siap untuk berlari
untuk mencapai semua harapan dan impian. Pagi ini merupakan pagi pertama untuk mursal
menginjakkan kakinya di sebuah sekolah menengah atas, semua di awalinya dengan
penuh semangat dan langkah yang pasti tampa ada sedikitpun keraguan yang muncul
dihatinya. Namun seketika langkahnya terhenti
ketika, matanya terfokus pada sebuah tulisan yang terpampang di tembok pagar
sekolah. Tulisan yang singkat dan penuh makna seakan memaksa orang yang
melihatnya untuk menjawabnya, dengan perlahan mursal mulai membaca tulisan
tersebut “ apa yang kau cari disini”, itulah bunyi kalimat singkat yang
terpampang di tembok pagar sekolah yang membuat mursal tidak pernah berhenti
mencari jawaban tentang apa yang akan dia cari di sekolahnya ini.
Sudah dua tahun sejak mursal
menemukan tulisan itu namun sampai sekarang dia belum juga bisa menemukan apa
yang dia cari di sekolahnya. Sederet prestasi telah dia ukir untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan itu namun semua
hal itu masih belum bisa menjawab pertanyaan. Hingga suatu ketika pada suatu siang yang agak sedikit mendung,
dengan anggin yang berhembus sepoi-sepoi di tambah dengan rintik-rintik hujan
yang berirama terjatuh diatas atap sekolah, susana ini di manfaatkan oleh para siswa untuk
bermalas-malasan termasuk mursal. Sambil duduk di bangkunya dengan menantap
keluar jendela, dia mengarahkan matanya kelapangan basket yang saat ini sedang
di basahi oleh butir-butir air hujan yang semakin lama semakin lebat. Sejenak
fikirannya terbawa suasana dan melayang-layang tampa arah tujuan dan dengan
seketika pertanyaan itu kembali timbul dalam fikirannya.
Tahun berganti dan mursal pun telah
melanjutkan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi terkemuka di propinsinya.
Dia sangat merasa bangga bisa masuk kedalam perguruan tinggi tersebut tampa
bantuan dari siapa pun. Di bangku perkulihan dia menyantap habis semua ilmu
yang diberikan oleh dosen tampa ragu. Hampir di semua mata perkulihan dia
mendapatkan nilai terbaik. Lulus dengan peringkat terbaik sangat membuat mursal
bangga. Namun semuanya berbeda setelah dia mendapatkan ijajah yang di berikan
oleh rektor saat serimonial wisuda dilakukan, seketika di terenjak dan terdiam
ketika melihat sepucuk kertas yang mereka sebut dengan ijajah itu. Seketika
muncul sejuta pertanyaan di dalam hatinya “ apakah ini yang selama ini ku cari”
di binggung dan sekaligus sangat ketakutan ketika melihat apa yang selama ini
dia lakukan dan dia pelajari hanya berbentuk secarik kertas dan deretan
angka-angka yang tidak bermakna. Menghabiskan banyak tenaga dan uang hanya
untuk mendapatkan dua lembar kertas yang di penuhi dengan deretan angka dan
hutuf.
Malam pun semakin larut, hebusan
anggin laut terdengar berseru dan menerpa jendela kamar kos mursal yang
terbuka. Mursal masih terjaga di temani secangkir kopi, mata terfokus
memandangi dua lembar kertas. Sambil menunguk kopinya dia memegang kertas
tersebut dan membulak baliknya dan bertanya “apa yang harus aku lakukan dengan
kertas ini”. Seketika muncul sebuah pemikiran didalam pikirannya “ jika aku
gunakan tenaga waktu dan uangku untuk mendapatkan kertas ini dengan berkebun
atau membuka usaha, pasti sekarang aku telah menjadi seorang juragan sukses
atau seorang pengusaha yang sukses”. Dan sekarang fikiranya semakin kacau
ditambah dengan sejuta penyesalan yang mulai melanda hati dan fikirannya. Pagi
ini dia mengawali hari dengan melakukan hal yang bisa dia lakukan duduk didepan
teras kos sambil menikmati segelas kopi hitam yang masih mengepulkan asap.
Pandangannya terarah ke arah lautan lepas yang terus mengirim ombak-ombaknya
kebibir pantai tampa berhenti sedetik pun, terpaan anggin kewajahnya membuat
semnagatnya kembali mengelora untuk melakukan sesuatu yang berguna dan membawa
dirinya untuk menjadi sesuatu yang
berguna.
Pukul 09.00 tepat mursal mulai
mengelurkan sepeda motornya dan bersiap untuk mengitari kota untuk mencari
dimana dia bisa bekerja. Satu persatu area perkatoran dia datangi sambil
mengajukian surat lamaranya, dengan penuh semangat dia terus mengitari kota.
Setelah kantor yang ke lima dia memutuskan untuk berhenti sejenak dan
beristirahat. Dia mengarahkan sepeda motornya kearah sebuah taman kota untuk
berhenti sejenak disana sambil beristirahat dan mengisi perutnya yang sudah
mulai lapar. Sesampainya di taman kota dia memilih sebuah tempat duduk diantara
dua batang pohon yang saling menyatu membentuk sebuah pintu selamat datang.
Tampa menungu lama dia meulai merebahkan badannya pada sandaran kursi dan mulai
memesan makanan, disamping tempat duduknya ada dua orang peria setengah baya
yang sedangang asik berdiskusi dengan tumpukan kertas yang berada diatas meja
mereka. Sambil beristirahat sekali-sekali mursal mengarahkan matanya kepada
kedua periua tersebuat dan tampa sengaja dia melihat kerah dokumen yang
bergoyang terhebus anggin dan melihat logo sebuat departemen rahasia milik
pemerintah. Seketika mursal tersentak oleh suara dari pelayang
mengantarkan makannan yang di pesanya
tadi.
Panasnya terik matahari membuat
mursal malas beranjak dari tempat tersebut, meskipun makanan yang dia pesan
sudah habis dia tetap duduk sambil
menikmati teh dingginya, tiba-tiba kedua
laki-laki yang tadi asik berdiskusi datang menghapirinya. Dengan ramah kedua
peria tersebut datang dang memperkenalkan dirinya, mereka adalah dua orang
angen lapangan deperteman rahasia pemerintah yang sedang bertugas menyeliki
kasus ekpor dan inpor narkotika di kotanya. Sudah sejak setahun yang lalu kota
tempat mursal berada menjadi suatu tempat ekpor dan inpor narkotika terbesar.
Kedua pria itu menjelas semuanya kepada mursal dan mursal hanya tertunduk
binggun dan bertanya kepada kedua pria tersebut mengapa menceritakan hal
tersebut kepadanya. Salah seorang laki-laki tersebut menjawab dengan jawaban
yang sangat singkat “ maukah anda bergabung dengan kesatuan kami”. Terkejut
sekaligus tidak percaya di tambah dengan kebingunan yang luar bisa di dalam
hati mursal semua bercampur baur, kemudia laki-laki itu pun mengatakan lagi
semua data diri anda akan dilindungi oleh biro dan anda akan bekerja bersama tim-tim yang sudah
berpengalaman dengan gaji yang sangat mengiyurkan. Mendengar kata gaji yang
mengiyurkan seketika mursal bertanya “ berapa, dan bagai mana cara kerjanya?”.
Dengan tersenyum laki-laki itu pun berkata “ apa bila anda bergabung anda akan
dibayar Rp 50 juta gaji pokok dan ditambah Rp 10 juta tunjangan, dan yang perlu
anda lakukan adalah mengumpulkan informasi tentang bagaimana narkotika ini bisa
keluar masuk dengan mudah di kota ini, selain itu anda akan juga mengikuti
pelatihan selama 6 bulan di kesatuan setelah itu baru anda akan bertugas”.
Mursal masih bingung dan bertanya apa hanya itu yang harus aku lakukan
bagaimana dengan persyaratan lain. Namun laki-laki tersebut berhasil
menyakinkanya dan menyuruh mursal menyiapkan beberapa dokumen pribadi miliknya
dan mengantarkan dokumen tersebut ke kodim.
Masih belum percaya dengan apa yang
baru saja dia dapatkan mursal mengendari sepeda motornya dengan penuh semangat
dan keraguan. Di kosnya mursal mempersiapkan semua dokumen pribadi yang diminta
oleh laki-laki tersebut. Semua dokumen dia masukkan kedalam map merah seperti
yang diperintahkan kemudia dokumen dia tarus diatas meja dan mursal
menghempaskan dirinya diatas kasur. Merasa masih belum percaya dia terus
berpikir tentang kejadian tadi, dia hanya bisa mengira-gira dan menebak-nebak
tentang bagai mana besok dan apa yang akan terjadi besok.
Pagi ini semuanya berbeda karena
mursal bangun lebih awal karena semalaman hampir tidak bisa tidur. Dengan
penuhy semnagat dia melaju dengan sepeda motornya ke kodim, tepat pukul 08.00
seperti yang di perintahkan mursal telah berada di gerbang kodim dengan mengunakan celana jen hitam dan kemeja
biru lengan panjang mursal berdiri di depan gerbang. Tidak berlangsung lama
seorang perajurit dengan senjata lengkap menghapirinya dan bertanya tentang
keperluanya. Tampa banyak bicara mursal hanya memperlihatkan surat yang
diberikan oleh laki-laki tersebut kepada prajurit dan dengan sigap prajut
tersebut memberi hormat dan berkata “
maaf pak saya tidak mengenali anda”. Mursal hanya kaget sekaligus kagum akan
kekuatan surat tersebut, prajurit tersebut mengantarkan mursal kesubuah ruangan
yang berada didalam kodim dan menyuruhnya untuk menungu diruanga tersebut. Di
dalam ruangan 5X5 tersebut dengan di hiyasi gaya militer mursal hanya terduduk terpaku di sopa dengan
menatap bendara yang berada di sudut ruangan. Pintu pun terbuka dengan perlahan
di ikuti dengan suara langkah beberapa laki-laki yang mengenakan pakaian
militer, mursal seketika berdiri untuk
menyambut para laki-laki tersebut dan kemudian duduk kembali setelah
dipersilahkan untuk duduk.
Perlihatkan semua dokumen yang saya
minta, perintah salah seorang laki-laki tersebut, tampa ragu mursal menyerahkan
dokumen-dokumen yang telah dia persiapkan dari semalam. Kemudia seorang
laki-laki duduk di hadapanya dan memulai percakapan.
Laki-laki : siapa nama mu anak muda ?
Mursal : mursal pak.
Laki-laki : bukan kau bukan mursal, kau kucing hitam (dengan sedikit
membentak), jadi saiapa nama mu ?
Mursal merasa bingung dengan
pernyataan yang dibuat oleh laki-laki tersebut, tapi dengan tenang mursal
menjawab pertanya tersebut, saya mursal pak.
Tampa
banyak bicara lagi laki-laki tersebut melepaskan pistolnya dari sarung dang
mengarahkan pistol tersebut kearah wajah mursal dan kembali bertanya pertanyaan
yang sama. jatung mursak berdegup cepat
kerinagat dingin mulai membasahi baju kemejanya dan muncul di dalam benaknya
kalau hari ini adalah hari terakhir dalam hidupnya. Laki-laki itu kembali
berteriak dengan pertanyaan yang sama kepada mursal, mursal kemudian menghela
nafasnya dan menjawab “ nama saya mursal pak’. Seketika suasana menjadi hening
mursah hanya tertunduk dan memejamkan matanya, kemudia terdengar suara tawa
dari laki-laki yang dia jumpai di taman kemaren, sambil tertawa laki-laki
tersebut berkata,”di surat ini mengatakan kalau nama mu itu kucing hitam jadi
bagaimana bisa, kucing hitam bisa berubah menjadi mursal”. Mursal terkejut dan
merasa sangat bodoh karena tidak membaca isi surat yang diberikan oleh
laki-laki tersebut. Kemudian laki-laki tersebut
menambah komentarnya, ‘ nilai-nilai mu sangat mengagumkan tapi dalam
pekerjaan ini yang terpenting bukan hanya kumpulan huruf dan angka ini
yantrepenting adalah kedisiplinan, kepatuhan, keberanian dan kejujuran, dan
diapkan diri anda karena hari minggu anda akan dikirim ketempat pelatihan.
Berikan surat ini kepada keluarga anda
dan ini baju dan semua atribut yang akan anda gunakan pada hari minggu
sewaktu berkumpul. Saran dari saya pulanglah kerumah mu untuk beberapa hari ini
karena setelah hari minggu anda akan merindukan suasana rumah”. Dengan
berakhirnya ocehan dari laki-laki yang mengenakan seragam militer dengan
bintang 4 di bahunya semua orang meningalkan ruangan dan mursal diarahkan oleh
seorang perajurit menuju sebuah rungan untuk mengambil bebrapa peralatan dan
atribut dan menerima beberapa pucuk surat.
Sesampainya di kos dengan penuh rasa
penasaran di bukanya satu-persatu surat tersebut, di dalam surat pertama dia
mendapatkan sebuah kartu anggota dari departemen rahasia tersebut denga
mengunakan namnaya dan fotonya, pada surat kedua dia mendapat sebuat surat
kerja yang mengatasnamakan namanya dan menerangkan kalau dia telah bekerja pada
depatemenrahasia tersebut, kemudian pada surat ketiga dia mendapatkan sebuah
surat penyataan bahwa dia telah di terima untuk menjadi prajurit rahasia. Dan
kemudian di bukanya pula tas yang isinya adalah baju dengan atribut lengkap
untuk digunakan dalam keberangkatanya pada hari minggu depan. Dengan hati yang
berbunga-bunga dan kegembiraan yang masih meluap-luap mursal mengambil telpon
gengamnya dan melakukan panggilan kepada kedua orang tuanya dan menyampaikan
kabar bahagia tersebuat.
Minggu pukul 05.00 semua prajurit
telah berkumpul dilapangan kodim termasuk mursal yang telah berada dalam
barisan dengan mengunakan pakainya loreng dengan atribut lengkap. Di tengah
hebusan anggin pagi dan dingginya susana pagi
komanda memberi arahan kepada semua prajurit yang kan berangkat pagi itu
total ada 20 orang perajurit yang di berangkatkan pagi itu termasuk mursal.
Setelah memberikan pengarahan lima unit helikopter mendarat di tengah lapangan
dan dengan aba-aba semua perajurit yang kan berangkat di perintahkan agar tetap
berada di barisan dan kemudiam berbarris menuju helikopter. Mursal merasa
sangat bangga karena ini merupakan pengalaman pertamnaya menaiki kendaraan
jenis lain. Dengan penuh semangat dia berjalan menuju pintu heli dan tiba-tiba semua menjadi gelap.
bersambungggggggggggg..........................................
keren ceritanya jhon...
BalasHapusrevisi dikit: "banyak kata yang perlu di edit, tambah percakapannya biar lebih hidup.."
satu lagi jangan lupa, "salam pojok apitis"