Terdiam terpaku disudut
kamar, mata sayu dan jantung yang terus berdebar-debar perasaan yang tidak
menentu dan kepala yang di penuhi dengan sejuta pertanyaan. Ingin rasanya dia
menyalakan tuhan yang telah memberinya kondisi yang sangat tidak menguntungkan
tapi batinnya bergejolak mencoba untuk mencari pembenaran. Tidak ada yang
tersisa, istana cinta yang selama ini dia agung-angungkan seketika runtuh dan
hanya menyisakan puing-puing kenangan yang cukup pahit untuk di rasakan.
Semangat dan tekat kuatnya untuk melamar sang pujaan seketika pupus saat sang
pujaan sudah memilih orang lain sebagai pendampingnya. Dia terus bertanya siapa
yang harus disalahkan dan kenapa tuhan terlalu kejam sampai-sampai tidak
memberinya waktu dan pilihan.
Malam semakin dingin menambah
kegalauan yang dia alami, perasaannya semakin membuatnya tidak berdaya saat dia
mulai menyadari siapa dirinya sekarang. Saat ini dia bukan siapa-siapa dan
tidak memiliki apa-apa hanya sebuah
tekat bulat untuk mencari kerja. Pedih, sakit dan tidak berguna itu yang dia
rasakan sekarang, semua yang dulu indah kini hanya menjadi penambah pedih di
hatinya yang setiap kali di rasakan semakin terasa sakitnya. Tak ada lagi
terdengar kata cinta di telinganya yang biasa menghiyasi sebelum tidurnya yang tersisa hanya keheningan dan tetesan air
mata yang terus turun dan tidak dapat terbendung olehnya. Sebagai seorang
laki-laki hal ini terasa sangat menyakitkan baginya karena yang terluka saat
ini bukan fisiknya tapi yang terluka perasaan dan hatinya. Akhir yang teragis
untuk sesuatu yang diawali dengan sangat manis, dia terjatuh terlalu dalam di
dalam cintanya sehingga tidak mampu bangkit dan berdiri saat keadan yang sudah
tidak menghendakinya lagi. Lamunangnya semakin menjadi-jadi dan semakin menekan
relung hatinya menguras semua energi yang dia miliki dan semakin memperburuk
keadaannya. Kenangan yang terus terlintas didalam benaknya menambah berat
tekanan batin yang dia rasakan.
Sesaat dia mengapai
sebuah telepon gengam yang ada di sudut kamar, sekilas terlihat di layar depan
telpon gengamnya foto sosok yang sangat dia cintai, dia masih belum percaya
sosok yang di anggapnya begitu lembut dan penyayang bisa melakukan hal ini
kepadanya. Tampa berfikir panjang dia langsung menghubungi nomor gadis
tersebut, “Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi” hanya
itu jawaban yang dia dapatkan. Semua yang dia lakukan makin memperburuk
keadaan, perasangkanya semakin menjadi-jadi gejolak di dalam jiwanya semakin
memanas bahkan perasaan dan fikirnya mulai sudah tak sejalan lagi. Karena
baginya semua terjadi begitu cepat tampa ada penjelasan yang bisa dia terima di
tambah sang pujaan meninggalkanya dengan alasan yang membuat dirinya merasa
sangat tak dianggap dan tak di hargai sebagai laki-laki yang selama ini telah membahagiakan sang
gadis bahkan dengan cara yang gadis itu tidak pernah fikirkan. Empat tahun lima
bulan bukanlah waktu yang singkat untuk menjalin hubungan, semua kebahagian dan
kesedihan sudah mereka lalui bahkan tentangan dari orang tuanya tidak di
hiraukanya hanya untuk tetap bersama gadis pujaan.
Jujur di dalam hatinya
dia masih menyimpan cinta yang sangat dalam terhadap sang pujaan walau
kata-kata terakhir sang pujaan
cukup menyayat hatinya. Sebelum
berpisah sang pujaan menelponya pada sore hari ketika dia sedang asik
merencanakan tentang masa depanya dengan sang pujaan, dengan nada tegas sang
pujan mengatakan kepadanya “ Tama kita tidak bisa bersama lagi karena aku sudah
punaya seseorang yang akan menemaniku ,”
dengan tetap tenang dia hanya mengangap kekasihnya hanya bercanda dengan
tenang dia menjawab” sayang kamu bercandakan, bercanda gak bagus lo,” namun dengan nada lantang sang pujaan kembali
mengatakan kepadanaya” tidak ada yang becanda tama , itu sudah menjadi
keputusan ku karena dia jauh lebih baik dari mu bahkan dia tidak sebanding
dengan mu,” mendengan pernyataan itu seketika hatinya remuk seluruh bandan
lemas tapi dia tetap berusaha menenangkan diri dan berusaha berbicara” kenapa
sayang, kenapa kamu melakukan ini, sejak kapan kamu mengenalnya dan bagai mana dengan mimpi kita,” sang pujaan kembali membalas dengan
nada yang merendahkannya” mimpi kita (sambil tertawa) tama kamu bercanda, mimpi
kita hanyalah mimpi kamu sekarang bukan apa-apa hanya seorang penganguran yang
kesulitan untuk bertahan hidup jangankan untuk kita untuk diri mu sendiri saja
kamu sudah kesusahan ( dengan nada mecemooh) apa kamu tahu kalau dia jauh diatas mu, dia seorang polisi
dia telah memiliki penghasilan sendiri bahkan bahkan sepeda motor mu tidak
sebanding dengan mobilnya, tama dia punya segalanya yang aku inginkan sedangkan
kamu hanya punya cinta, ingat tama kita tidak bisa hidup dengan hanya modal
cinta aku juga butuh materi lo memang kamu sangup memberiku apa yang ku
inginkan tidak perlu di jawab karena kamu tidak sangup karena kamu hanya
seorang penganguran yang tidak punaya apa-apa. Mulai hari ini semuanya berakhir
dan tidak ada lagi kata-kata kita kamu harus ingata itu,” begitulah akhir
pembicaraan yang masih terdengar di telinga sampai saat ini dan bahkan
kata-kata yang di ucapkan oleh sang pujaan hati terus berulang-ulang terdengan
didalam kepalanya dan tidak mau berhenti sehinga membuatnya semakin terpuruk
kedalam lautan kesedihan yang sangat dalam yang setiap detik terus menariknya
makin dalam sampai dia melupakan siapa dirinya dan hanya menyalahkan dirinya
atas semua yang telah terjadi dan berharap semua akan kembali seperti semula.
Komentar
Posting Komentar